Rabu, 25 September 2019

M A H A S I S W A


M A H A S I S W A

Hidup mahasiswa! Hidup mahasiswa Indonesia! Hidup rakyat Indonesia!
Sebelumnya, baca kalimat itu sambil semangat ya! Kalau belum semangat, please ulangin. Gimana, merinding kan? Iya, sama seperti apa yang aku rasain pas pertama denger kalimat itu. Aku, seorang mahasiswa baru, iya maba UNY 2019.  Disini aku bakal nulis apa yang aku rasain, yang aku jalani, dan pengalaman aku. So, hope you enjoy with this guys!
Mahasiswa, maha dan siswa. Maha artinya besar, siswa ya siswa. Jadi mahasiswa adalah siswa yang besar, ya tanggung jawabnya, ya kerjaannya, yaaaa biaya kuliahnya, hehe. Dulu, aku berpikir bahwa mahasiswa sama seperti siswa, tugasnya ya belajar, capek, tapi ya enak nggak pakai seragam, nugas, KKN, skripsi, wisuda, lulus, jadi sarjana. Udah, sebatas itu mindset mahasiswa yang aku pahami sangat lama. Bahkan aku berpikir, enak kerja soalnya punya duit, lah mahasiswa mikir mulu, bosen hehe. Tapi Allah memilihkan jalan untuk aku kuliah, jadi yaa Alhamdulillah.
Waktu PKKMB di kampusku, aku ikut semua rangkaian kegiatan tanpa halangan apapun. Jujur aku ngikutin acaranya tapi kok maknanya nggak sampai ke aku gitu looh, so sadL kenapa ya? Ada yang tau? Tugasnya tak kerjain, mulai dari ngehafal mars, hymne UNY, Lagu Darah Juang, sering diputerin lagu totalitas perjuangan, ngedengerin pidato ketua HIMA, BEM yang isinya hampir sama yaitu mahasiswa adalah agent of change, dan jajaran penting lainnya. Semua tak kerjain, sekedar ngerjain, jadi ya loss gitu aja. Sampai akhirnya hatiku bergetar, aku merinding, ((hehe maap lebay)) waktu orasi, tepatnya setiap akhir orasi, siapapun yang orasi selalu menggemakan Hidup mahasiswa! Hidup mahasiswa Indonesia! Hidup rakyat Indonesia! dengan selantang-lantangnya dan kepalan tangan di udara. Aku bertanya-tanya apasih ini? Kok ngena banget. Nahhhh, karena aksi damai #GEJAYANMEMANGGIL kemarin pikiranku mulai kebuka, kebuka banget doong, blak!! Mindsetku salah, sekaligus pertanyaanku terjawab. Kalimat tadi bukan sekedar kalimat guys, maknanya dalem banget bagiku. Ada semangat yang ditransfer lewat kalimat itu. Menurutku mahasiswa keren! Mahasiswa adalah bagian dari rakyat, barisan terpelajar yang mewakili rakyat makanya jargonnya adalah Hidup rakyat Indonesia!, meskipun tidak sah dimata hukum sebagai wakil rakyat namun peran mahasiswa lebih besar daripada mereka yang duduk di Senayan. Mahasiswa adalah agent of change, agen perubahan, pengawas dan pengontrol negara. Aksi damai yang digelar oleh mahasiswa di berbagai daerah kemarin hingga detik ini merupakan wujud nyata kontrol mahasiswa terhadap pemerintah dan upaya penyelamatan rakyat Indonesia. Pokoknya sekeren-kerennya manusia di bumi ini ya mahasiswa, salut! Terimakasih, baru maba sudah dibikin bangga, aku bangga jadi mahasiswa! Sehat terus mahasiswa! Selalu kawal Indonesia!
Jadi mindsetku sekarang berubah, pol. Mahasiswa tugasnya nggak cuma belajar, harus terbuka, harus sadar, harus berpikir maju, mandiri, cerdas, berani dan bertanggung jawab. Sadar bahwa mahasiswa adalah punggawa bangsa, setiap mahasiswa wajib menjaga Indonesia lewat kemampuannya masing-masing. Untuk itu, yuk jadi mahasiswa yang berkompeten di bidangnya, yang sadar akan tugasnya, dan sekali lagi Hidup Mahasiswa!
Ini baru ngupas jargonnya aja, belum lagi lagu lagu kebangsaan para mahasiswa yang penuh makna, lain kali kita sambung ya guys, see you!

Pesan khusus buat yang ngerasa :
Maaf ya kak, aku bukan bikin essay malah curhat hehe.



Minggu, 15 September 2019

Ringkasan Tentang Manusia dan Agama

Ringkasan Tentang Manusia dan Agama

A. Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk yang sangat unik, buktinya banyak kajian yang menjadikan manusia sebagai sasaran studinya, banyak para ahli yang telah meneliti manusia menurut bidangnya masing-masing. Namun sampai saat ini belum dicapai kata sepakat tentang apa itu manusia. Oleh karena itu manusia akan terus menjadi sasaran studi sejak dahulu, hari ini, dan kemudian hari.
Hakikat manusia menurut pandangan Islam adalah perkaitan antara badan dan ruh, atau unsur materi dan unsur nonmateri. Badan manusia berupa materi yang berasal dari tanah kemudian ditiupkan unsur nonmateri berupa ruh di alam ghaib saat manusia berumur empat bulan. Allah swt berfirman dalam Q.S Al-Mu’minun ayat 12-14 yang artinya :
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu lalu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik”. 
Kemudian Nabi Muhammad Saw. mengulas ayat suci tersebut dengan sabda-Nya:
“Sesungguhnya seseorang terkumpul kejadiannya dalam perut ibunya empat puluh hari berupa mani, kemudian berupa segumpal darah selama itu juga, kemudian berubah berupa segumpal daging selama itu juga, kemudian Allah mengutus malaikat yang diperintah mencatat empat kalimat dan diperintah: tulislah amalnya, rezekinya, ajalnya, dan nasib baik atau sial (celaka), kemudian ditiup ruh kepadanya (HR. Bukhari)”.

Al-Qur’an juga memberi beberapa sebutan kepada manusia antara lain :
1.Al-Basyar  
Kata Al-Basyar disebutkan 36 kali dalam Al-Qur’an. Secara etimologi Al-Basyar berarti kulit kepala, wajah atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Manusia disebut sebagai Al-Bayar karena kulitnya tampak jelas ditumbuhi rambut dan berbeda dengan binatang yang ditumbuhi bulu. Al-Basyar juga merujuk pada proses biologis kejadian manusia dari lahir, berkembang biak, hingga meninggal. 
2.Al-Insan  
Kata Al-Insan disebutkan 60 kali dalam Al-Qur’an. Al-insan berasal dari kata al-uns yang berarti jinak, dan tampak. Lawan kata al-insan adalah jin atau jan yang berarti makhluk tidak tampak. Jadi Al-insan merujuk pada hakikat manusia  sebagai totalitas jiwa dan raga yang tampak. Manusia dianggap mampu mengemban amanah Allah dimuka bumi ini.
3.Al-Nas
Kata Al-Nas disebutkan 240 kali dalam Al-Qur’an. Kata Al-Nas merujuk kepada manusia sebagai makhluk sosial. Allah swt berfirman dalam Q.S Al-Hujurat ayat 13 yang artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Dari surat tersebut dapat diketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial yang harus saling mengenal dan menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab.
4.Bani Adam
Kata Bani Adam disebutkan 7 kali dalam Al-Qur’an. Kata Bani Adam sendiri berarti keturunaan Adam. Bani Adam lebih merujuk hakikat manusia secara historis dimana nenek moyang manusia adalah Nabi Adam dan Siti Hawa.

B.Martabat Manusia
Manusia diciptakan oleh Allah swt dengan segala kelebihannya. Kelebihan secara biologis seperti dapat berbicara, mendengar, merasa, mencium dan daya gerak. Sedangkan kelebihan psikologis ada 3 yaitu :
1.Akal yang berpusat di kepala
Dengan akal diharapkan manusia dapat terus mengingat Allah swt kemudian selalu taat menjalankan perintah Allah swt.
Daya rasa yang berpusat di dada
2.Rasa ini dapat dipertajam dengan ibadah seperti sholat, puasa dan naik haji. Daya rasa ini merupakan intisari ibadah kita untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
 n3.Dayaafsu yang berpusat di perut
Nafsu ini akan menjadi baik jika manusia dapat mengimbanginya dengan keimanan.
Ketiga kelebihan di atas, yaitu daya pikir yang berpusat di kepala bila dilatih dengan baik akan mempertajam penalaran. Daya rasa di dada bila diasah dengan baik akan mempertajam hati nurani. Daya nafsu di perut bila mendapat bimbingan dari hati nurani melalui keimanan akan menjadi makhluk yang termulia, tetapi bila tidak mendapatkan bimbingan keimanan akan menjadi makhluk terhina di dunia ini.

C.Konsep agama
Agama berasal dari bahasa Sansakerta yaitu a yang berarti “tidak” dan gama yang berarti “kacau” yang artinya “tidak kacau”. Hal ini mengandung pengertian bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau. Dalam bahasa Arab, istilah agama disebut “din”, berarti “ajaran tentang ketaatan absolut (kepada Tuhan, Allah)”, pemahaman ini benar-benar sesuai dengan konsep “Islam”, yang berarti ketundukan penuh kepada Tuhan.

D.Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Selama manusia memiliki perasaan takut dan cemas, selama itu pula manusia 
membutuhkan agama. Kebutuhan manusia akan agama tidak dapat digantikan 
dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga dapat memenuhi 
kebutuhan manusia dalam aspek material.
Alasan alasan yang melatarbelakangi manusia akan kebutuhannya terhadap agama antara lain:
1.Fitrah beragama
Sejak awal penciptaan manusia, Allah swt telah bertanya kepada ruh-ruh yang akan ditiupkan kepada jasmani manusia  “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” kemudian ruh-ruh manusia itu menjawab: ”Benar, kami telah menyaksikan.” Sehingga manusia membawa fitrah ketuhanan sejak lahir, yaitu potensi untuk selalu tunduk dan taat kepada Allah SWT. 
 2.Kemampuan manusia terbatas
Banyak kejadian disekitar manusia yang tidak dapat dijangkau oleh kemampuan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan agama yang dapat memberikan pemahaman mengenai hal apa saja yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia dan menjadi pedoman hidup manusia.

E.Tanggung  jawab manusia
Manusia sebagai khalifah di muka bumi
Adanya tanggung jawab sebagai khalifah dibarengi dengan kemampuan, dan potensi manusia untuk mengatur, memimpin dan mengelola muka bumi ini. Manusia dibekali akal dan ilmu pengetahuan untuk menjalankan kekhalifahan tersebut.
Manusia sebagai hamba Allah
Tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi ini agar manusia itu beribadah kepada Allah. Yang berarti melaksanakan apa yang diperintah Allah dan menjauji apa-apa yang dilarang-Nya.

Kesimpulan :
Manusia menurut Islam adalah perkaitan antara badan dan ruh, atau unsur materi dan unsur nonmateri. Badan manusia berupa materi yang berasal dari tanah kemudian ditiupkan unsur nonmateri berupa ruh di alam ghaib saat manusia berumur empat bulan.
Didalam Al-Qur’an terdapat 4 kata yang merujuk pada makna manusia, yaitu
Al-basyar yang menjelaskan mengenai sifat biologis manusia.
Al-insān yang menunjuk manusia sebagai totalitas jiwa dan raga yang dapat mengemban amanah dari Allah swt.
Al-nās menunjuk manusia sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupannya sangat membutuhkan orang lain
Banī ādam menunjuk bahwa manusia berasal dari keturunan Adam.
Manusia memiliki kelebihan daripada makhluk lain, yaitu akal, daya rasa, dan hawa nafsu. Kelebihan tersebut dipergunakan manusia untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai manusia yaitu menjadi khalifa di muka bumi dan menjadi hamba Allah yang taat.
Inti agama adalah  kepercayaan adanya Zat Yang Ghaib dan kepada-Nya manusia bergantung dan  memohon pertolongan. Maka watak/kodrat manusia itu beragama. Kalau manusia tidak beragama berarti ia melawan kodratnya sendiri. Dengan demikian, jelaslah bahwa keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dengan agama.

Pertanyaan
Jelaskan secara singkat keterkaitan antara manusia dan agama!

Sumber :
http://ejournal.stainpamekasan.ac.idindex.phpislamunaarticleview659612

Minggu, 01 September 2019

Ringkasan Artikel Jurnal DEVELOPING CRITICAL THINKING ABILITY THROUGH ARGUMENTATIVE WRITING


DEVELOPING CRITICAL THINKING ABILITY THROUGH ARGUMENTATIVE WRITING

The importance of developing students' critical thinking skills (CT) has made English language teachers as Foreign Languages ​​(EFL) strive to integrate critical thinking skills in supporting them. This research underlines the role of language as a means of thinking, evaluating, and evaluating. Approved research to discuss how critical thinking elements are in the text and examine the development of critical thinking in the text. The results show that the argument is often weak because it is not supported by sufficient reason and evidence. An essay is very likely to contain many arguments. However, the logical relationship between the arguments is not clear in the essay and even many students fail to show the relationship. Students are also weak in terms of refutation skills because they tend to accept claims from other sources without trying to evaluate and question them. This study seeks to link the interconnection between critical thinking (CT) and language. The close correlation between thinking (cognition) and language development has long been recognized by scholars and educators, because through language people know the world and express what they think. This is particularly relevant for argumentative writing in English as a Foreign Language (EFL) context, because to make argumentative writing people need to have higher-order thinking skills and higher levels of foreign language abilities (see Atkinson, 1997; Chamot, 1995; Tarvin & Al-Arishi, 1991). Facioned defines critical thinking as "purposeful assessment, self-regulation that results in interpretation, analysis, evaluation, and inference, as well as explanation of consideration, conceptual, methodological, criterological, or contextual considerations on which that judgment is based" (1990, p. 3). Beyer defines it as the ability to make "sensible judgments" (1995, p. 8). Thus, critical thinkers must be able to assess, evaluate, and question ideas or thoughts based on credible evidence by establishing a logical relationship between statements or data. This ability is very important in developing language competence, especially in building arguments and inferring conclusions from one or several premises. Stapleton (2001, pp. 536-539) proposed six elements of critical thinking in written texts. A. Arguments: claims supported by a reason. In academic writing, arguments are usually the main idea, often called "claims" or "thesis statements". b. Reason: statements used to support claims and generally answer why claims must be trusted. c. Evidence: statement or statement that reinforces the argument. d. Recognition of Opposition and Disclaimer: Oppose opposing points of view or offer alternative interpretations to those stated in claims. e. Conclusion: a statement or set of statements in which the writer establishes what he wants the reader to believe. f. Error: error in reasoning. The outline of the essay writing course that is the setting of the study places CT as an important learning outcome. In doing so, the process of writing several steps is applied on the basis of the more they write, the more they practice, the more they think. Because higher-order thinking skills are increasingly needed to succeed in a knowledge-based society, it is very important to develop CT skills so as to increase students' exposure to the use of English in academic and everyday use and to the world in which they live. This study shows that the integration of aspects of CT in argumentative writing of EFL has helped students develop not only their critical thinking skills but also their English competence. Without adequate training in critical thinking, EFL students may lack confidence in their academic lives and lose the opportunity to climb the ladder in a global workplace that has become more challenging.
Susana Widyastuti
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta
email: susana_widyastuti@uny.ac.id



Hukum Itu Melindungi, Bukan Menghakimi Indonesia bisa dibilang negara yang sempurna, kenapa? wilayahnya luas, laut seakan tak terbatas. ...