Senin, 26 Agustus 2019

MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR EKSTRINSIK NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991” KARYA PIDI BAIQ



MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR EKSTRINSIK
NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
KARYA PIDI BAIQ
OLEH : Riyanti Dwi Hanafi



A.    SINOPSIS NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991” KARYA PIDI BAIQ

“Tujuan Pacaran adalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah.”
Novel Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991 adalah novel lanjutan dari kisah Dilan tahun 1990, novel ini juga disebut sebagai Dilan 2. Tokoh utamanya masih sama, Dilan dan Milea. Novel Dilan 1 menceritakan awal kedekatan Milea dan Dilan, kemudian dalam novel ini, Pidi Baiq melanjutkan kisah tersebut dengan mengisahkan Milea yang sudah berpacaran dengan Dilan. Novel ini masih menggunakan alur mundur, dimana Milea bercerita tentang kebahagiaannya karena pernah mengenal Dilan.
Pada bulan September 1990, Milea telah mengenal Dilan. Dalam novel inipun Milea menceritakan bahwa Dilan adalah anak yang cerdas walaupun hanya membawa 1 buku tulis yang ia simpan dicelananya namun dia tetap ranking 1 di kelasnya, seorang panglima tempur dari sebuah geng motor, anak dari kalangan ekonomi keatas karena memiliki motor yang saat itu jarang dimiliki oleh kebanyakan orang, serta seorang yang resmi menjadi pacar Milea pada tanggal 22 Desember 1990. Warung bi Eem menjadi saksi ungkapan cinta Milea dan Dilan, Dilan “menembak” Milea dengan unik yaitu menulis surat pernyataan yang mereka tanda tangani diatas materai untuk dijadikan Dokumen Perasaan (katanya). Akhirnya, kisah baru pun dimulai, seperti kebiasaan manis yang menjadi ciri khas Dilan, yaitu menelpon dan setia menjemput milea, membawa milea jalan-jalan mengelilingi kota bandung dengan motornya, dibawah guyuran hujan.
“Milea, jangan bilang kepadaku bahwa ada yang menyakitimu. Besoknya, orang itu akan hilang.”
Itulah Dilan, berada didekat Dilan, Milea merasa aman dan nyaman. Dilan adalah seseorang yang sangat berarti bagi Milea. Selain asyik dan menyenangkan, Dilan pun juga sangat sayang kepada Milea dan akan melindungi Milea.
Seiring berjalannya waktu, Milea pun semakin akrab dengan keluarga Dilan, Bunda (sebutan untuk ibunya Dilan) sudah menganggap Milea sebagai calon menantunya sendiri. Bunda tidak jauh berbeda dengan Dilan. Bunda juga asyik dan sayang padaa Milea. Sosok Milea yang terlahir cantik, ramah dan lembut, memang membuat siapapun dengan mudah menyukainya. Tidak sedikit laki-laki yang suka dan berusaha mendekati Milea, seperti Beni (mantanya Milea), Yugo (teman kecilnya Milea) dan Kang Adi (teman Ayah Milea yang menjadi guru Lesnya). Namun, hanya Dilan yang mampu memikat hati Milea. Dilan, sang panglima tempur.
Pada suatu malam Minggu, Kang Adi datang ke rumah Milea dan berniat mengajaknya keluar, saat itu Milea sedang sibuk mengobrol dengan Dilan ditelephon, tentu saja Kang Adi sangat mengganggu Milea, mengetahui keadaan tersebut, Dilanpun beraksi untuk mengerjai Kang Adi. Dilan membawa teman-teman Geng Motornya untuk main dan menjeput Milea, sekaligus mengungkapkan kepada kang Adi bahwa mereka telah resmi berpacaran.  Kang Adi yang terlihat kaget mendengar pengakuan tersebut langsung bergegas untuk pergi dan meninggalkan mereka. Milea semakin kagum pada Dilan, ya walaupun tingkahnya aneh-aneh. Itulah dia, Dilan, pelindungnya.
Rasa sayang Milea pada Dilan berlanjut menjadi rasa khawatir, khawatir akan kehilangan Dilan, walaupun semua yang dilakukan Dilan adalah untuk membuat Milea selalu aman. Milea tetap khawatir, terlebih lagi saat ada kejadian dimana Dilan menghajar Anhar, teman sesama geng motornya, karena Anhar menampar Milea di warung Bi Eem. Saat itu Milea sedang mencari Dilan, Milea menanyakan keberadaan Dilan kepada Anhar, disitulah terjadi cekcok antara keduanya, sampai Anhar menampar Milea hingga Milea menangis, Bi Eem menjadi saksi kejadian itu, dan melaporkannya kepada Dilan. Perkelahian antara Dilan dan Anhar pun terjadi, dan keduannya terancam dikeluarkan dari sekolah karena hal tersebut.
Kekhawatiran lain yang dirasakan Milea bukan karena Dilan dikeluarkan dari sekolah dan berimbas kepada mereka yang akan jarang bertemu, tapi karena Dilan masih bergabung dengan geng motornya.Walaupun Dilan pernah berkata, “Senakal-nakalnya anak geng Motor, Lia, mereka shalat waktu ujian praktek Agama.”
Namun Milea tetap saja khawatir, keberadaan Geng Motor tersebut akan berbahaya untuk keselamatan Dilan, dan Dilan masih saja keras kepala, Dilan masih menganggap segalanya biasa, bahkan dengan ke khawatiran Milea.
Milea pernah memergoki Dilan saat ia dan geng Motornya ingin melakukan serangan balik terhadap kakanya Anhar, sampai Milea mengancam akan putus, jika Dilan masih ikut penyerangan itu, tetapi Dilan tidak mendengarkan Milea. Perdebatan terkait Geng Motor ini sering sekali terjadi, Dilan tidak kapok-kapoknya walaupun sempat masuk penjara selama 1 minggu dan diusir ayah nya sendiri karena Penyerangan antar Geng Motor. Dilan tetap tidak mengerti.
Perasaan takut dan kekhawatiran Milea akan keselamatan Dilan teramat besar, Milea takut jika ia akan kehilangan orang yang amat ia sayangi. Puncaknya adalah kata “PUTUS” keluar dari mulut Milea disusul dengan tamparan yang mendarat di pipi Dilan. Dilan masih belum mengerti.
“Iya tidak suka dikekang”, kata Dilan. Milea sangat sedih karena putus dengan Dilan. Walaupun awalnya Milea tidak berniat memutuskan Dilan. Dilan pun menjauhi Milea. Sampai pada akhirnya mereka lost contact, Milea berkuliah di UI Jakarta, dan Dilan di salah satu universitas ternama di Bandung. Jarak antara mereka semakin Jauh, namun keadaan hati Milea tetap sama, hanya untuk Dilan. Semakin lama Dilan menghilang, Milea tetap berupaya untuk menghubunginya, namun keluarga Dilan pindah Rumah, sehingga Milea kehilangan jejak Dilan.
Akhirnya, Milea bertemu dengan Mas Herdi (kakak kelas di Universitasnya). Mas Herdi mampu melindungi Milea dan membuat ia nyaman. Sampai waktu membawa mereka kepada jenjang Pernikahan, dan Milea tetap mencintai Dilan, namun Dilan sudah dengan kekasih barunya dan Milea sudah dengan kehidupan barunya.

B.     UNSUR INSTRINSIK NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991” KARYA PIDI BAIQ

Unsur instrik novel meliputi,

No.
Unsur yang dianalisis
Penjelasan
1
Tema
Tema adalah pokok pembahasan dalam teks cerita.
2
Tokoh dan Penokohan
Pelaku yang memerankan peristiwa dalam sebuah cerita.
3
Plot atau alur cerita
Urutan kejadian/ peristiwa dalam cerita
4
Latar cerita
Di mana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung.
5
Sudut Pandang
Peran penulis dalam cerita (sebagai orang pertama atau sebagai orang ketiga)
6
Gaya bahasa
Penggunaan bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam cerita
7
Amanat
Pesan yang hendak disampaikan pengarang dalam ceritanya.



Penjelasan setiap unsurnya adalah sebagi berikut.
B.1 TEMA NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Melalui novel ini, Pidi Baiq ingin mengisahkan tentang Dilan dan Milea yang resmi berpacaran hingga mereka berpisah dan memiliki kehidupan masing-masing. Dapat dikatakan jika novel ini mengangkat tema percintaan. Hal tersebut dibuktikan dengan kutipan berikut :
“ Judulnya hampir sama, tetapi Cuma beda tahunnya saja. Buku kedua ini adalah periode berikutnya yang akan menceritakan saat-saat aku sudah mulai berpacaran dengan Dilan di tahun 1991! ” (hal. 26)
B.2.TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM  NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Pelaku dalam novel “Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991”  ini cukup banyak. Untuk itu, saya hanya akan membahas beberapa tokoh saja. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
No
Tokoh
Penjelasan
1
Dilan  
Dalam novel ini, Dilan digambarkan sebagai tokoh yang pintar, digambarkan dalam kutipan :
...tapi Dilan selalu mendapat ranking pertama atau minimal kedua di kelasnya. (hal. 16)
Dilan juga digambarkan sebagai orang yang humoris
“Tapi, aku gak bisa melindungi kamu dari nyamuk,” kata Dilan di telepon dengan nada sok mengeluh
“Gak apa-apa. Kan, ada obat nyamuk.”
“Ternyata, Baygon lebih baik dari aku.” (hal. 23)
Selain pintar dan humoris, Dilan juga sosok yang romantis
...Dilan bertanya apa cita-citaku. Kujawab saja seenaknya bahwa aku ingin jadi pilot meskipun tentu saja aslinya enggak. “kalau kamu?” kutanya balik. Aku juga ingin tahu apa cita-citanya. “Aku?” “Iya...” kataku “aku ingin menikah denganmu!” katanya (hal. 33)
2.
Milea  
Milea digambarkan sebagai seorang yang cantik, disukai banyak orang, setia, khawatiran dan emosian. Buktinya adalah :
Sebab, aku sudah berulang kali bilang ke Dilan bahwa aku cemas, bahwa aku risau karena takut ada hal-hal buruk yang akan menimpanya kalau dia berantem. Dan, malam Itu, dia malah mau berantem. (hal 146)
“Ikuti mauku!
Dilan diam memandangku.
“Ikuti mauku, jangan nyerang atau kita putus!!! Kataku. (Hal 147)
3
Yugo
Yugo adalah anak dari Tante Anis, Tantenya Milea. Karakter Yugo adalah suka merendahkan orang lain. Bukti :
Di mobil, Yugo nanya soal Beni
“teman SMA di Jakarta”, kujawab
“ Dia mau sama kamu?”
“Bisa jadi,” kujawab
“Jangan mau.”
“Kenapa?”
“Kampungan.”
“Kenapa gitu kutanya.
“Ada pepatah: You are what you say. Bicaranya tidak intelektual .” (hal. 170)

Selain itu, Yugo juga sangat over percaya diri
...Tante Anis juga bilang, katanya apa yang dilakukan oleh Yugo adalah karena Yugo beranggapan bahwa sudah menjadi pacarnya. Katanya, hal itu dimulai sejak Tante Anis menjodoh-jodohkan Yugo dengan ha di rumahnya. (hal. 185)

Yugo juga anak yang brengsek dan seenaknya sendiri
Yugo senang bertemu kamu”
“Ini mau nonton apa mau ngobrol?” tanyaku
“Yugo lebih suka ngobrol sama kamu.”
Lalu ia kalungkan tangan kirinya dileherku.
Heh? Jantungku berdebar-debar saat aku menyadari apa yang terjadi.
Apa ini? Kataku dalam hati, sambil berusaha melepas tangannya di bahuku karena aku tidak ingin dia melakukan hal itu, tapi sedetik kemudian, ia membungkuk, tangan kanannya meraih kepalaku, dan kemudian menciumku. (Hal 173)
4.
Ibu Milea
Dalam novel ini, ibunya Milea memiliki karakter yang sangat baik, penyayang, mengerti perasaan orang lain dan sangat peduli.
“Jangan pulang malam,” kata Ibu
“Siap, Bu.” Kujawab. (Hal 252)

“Aku jelaskan semuanya ke Ibu, sampai detail. Kemudian Ibu memelukku dan membiarkan aku terus menangis.” (hal. 191)

5.
Bunda Dilan
Bunda Dilan juga memiliki karakter humoris seperti Dilan. Buktinya adalah :
“Nanti, Dilan sekolah di mana?” kutanya Bunda.
“Aaah .... Banyak sekolah jawab Bunda. “Gak usah risau”
Aku diam.
“Kalau perlu di Antartika” kata Bunda. Pasti dia bercanda. (hal. 211)

Bunda Dilan juga seorang yang tegas dan pengertian
Ngejelasinnya gimana? Anakku harus ngaku dia yang salah?” Tanya Bunda.
“Ya, gak usah bilang gitu. Yaaa, gimana ya, pokoknya bilang kalau Anhar gak salah aja.”
“Ah pusing kali ngomong sama Ibu ini.” (Hal 208)

Silakan nangis dulu, Nak,” kata Bunda. “Jangan dipendem.”
Tangisanku malah makin menjadi.
“Ibumu ada?” tanya Bunda kemudian.
Aku diam. Kudengar Bunda mendesah bagai sedang melepaskan rasa gundah karena ikut merasakan kesedih aku dan juga bingung. (hal. 180)


B.3.PLOT/ ALUR CERITA DALAM NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Alur dalam novel ini adalah alur campuran, karena cerita yang disajikan terdiri dari 2 alur yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju digunakan saat Milea sedang menulis sebuah buku dikamarnya tetapi yang ia ceritakan adalah kisahnya di masa lalu, yang dapat disebut sebagai alur mundur. Buktinya adalah sebagai berikut :
1.      Alur Maju
“Malam ini, Minggu, tanggal 25 Januari 2015, pukul 22:19 Waktu Indonesia bagian Barat dan sepi, aku sedang di kamarku menikmati kopi susu, setelah tadi baru selesai shalat Isya, dan terus makan rambutan yang kubeli sepulang dari mengantar suamiku ke stasiun kereta api karena ada urusan pekerjaan di Cirebon. Sedangkan, anakku sudah tidur di kamarnya dari sejak pukul sembilan tadi. ” (hal. 13-14)
2.      Alur Mundur
“Dilan juga sama, waktu itu masih remaja, yaitu masih anak remaja yang harus dimakiumi kalau punyajiwa pemberontak dan tidak suka diatur. Yaitu, anak remaja yang masih harus dimakiumi kalau kadang-kadang tidak bisa menahan keinginannya. Yaitu, anak remaja yang masih harus dimakiumi kalau unek-unek di dalam hatinya suka berubah menjadi rasa dendam karena disimpan. “
B.4.LATAR CERITA DALAM NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Unsur latar dalam novel “Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991” ini meliputi waktu, suasana, dan tempat. Penjelasannya adalah sebagai berikut
No.
Latar
Penjelasan
1.
Waktu
Novel ini menggunakan latar waktu yang sangat banyak, karena kejadian yang diceritakan pun berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan terdiri dari banyak peristiwa.
·         Waktu itu, tanggal 22 Desember 1990, sekitar pukul tiga sore, aku dan Dilan berdua naik motor menyusuri Jalan Buah Batu untuk mengantar aku pulang.  (hal. 28)
·         Itu sudah Sabtu sore, tanggal 7 Juni 1997.
·         Kira-kira pukul delapan, aku telepon Dilan, entah untuk apa, tetapi itu yang kulakukan. Bi Diah yang ngangkat.”
·         Hari Sabtunya, pagi-pagi,orang-orang di rumah pada sibuk dengan kegiatannya masing-masing.”
·         Menjelang magrib, kami pulang, yang nyetir mobil adalah ayahku karena Bang Fariz pulang ke kosannya dengan memakai motornya.“
·         Hari Kamis, tanggal 27 Desember 1990, acara Porseni di sekolahku dimulai. Porseni adalah akronim dan Pekan Olahraga dan Kesenian. Berbagai kegiatan olahraga dan kesenian diselengganakan dalam bentuk acara perlombaan.”
·         Kamis, tanggal 3 Januari 1991, sekolah mulai masuk lagi, tapi belum ada kegiatan belajar.”
·         Hari itu, Rabu, tanggal 13 Februari 1991, Pak Dedi mengajar di kelasku.”

2
Latar Suasana
Latar suasana yang tergambar dalam novel ini adalah :     
·         Bahagia
“Rasanya, jalan itu, Jalan Buah Batu itu, bukan lagi milik Pemkot, bukan lagi milik Bapak Ateng Wahyudi (Wali Kota Bandung waktu itu), melainkan milik aku dan Dilan. Sebagai keindahan yang nyata bahwa Dinas Bina Marga telah sengaja membuat jalan itu memang khusus untuk kami. Khusus untuk merayakan hari resmi kami mulai berpacaran pada hari itu. ” (hal.28-29)
·         Senang
Berasa sangat dingin, tetapi pada kenyataannya, menyenangkan! Berdua dengan Dilan, bersama cinta yang dapat dirasakan tanpa perlu banyak penjelasan!
·         Romantis
Itulah harinya, hari yang kuingat, sebagai hari yang menyenangkan bagiku, berdua di atas motor dalam guyuran hujan akhir Desember, pada tahun 1990, di Bandung.
·         Bimbang
Saat itu, sebenarnya aku ingin membahas soal serius, yaitu soal kemungkinan Dilan akan dipecat oleh sekolah. Tapi aku tidak ingin merusak suasana, dan sepertinya dia juga tidak ingin membicarakan soal itu.
·         Bingung
Aku betul-betul masih bingung dan sangat emosional saat itu. Kutepis tangannya untuk meyakinkan dia bahwa bukan saatnya untuk bercanda. (hal. 84)

·         Kesepian
Pukul delapan malam. aku bangun. Bumi rasanya sepi sekali. Entah bagaimana, aku selalu merasa kesepian, setiap saat aku sedang rindu ke Dilan. Aku selalu merasa ingin ada dirinya, setiap kali dia tak ada. Aku akan merasa sunyi, setiap aku tidak mendengar kabar Dilan. (hal.139)
·         Tertekan
Saat itu, aku betul-betul merasa tertekan dan bingung. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan bers amaan dengan aku juga tidak bisa membiarkan Dilan melakukan balas dendam. (hal.142)

3
Latar tempat
Dalam novel ini , ada beberapa tempat yang dijadikan latar cerita:
a.       Kamar Milea
“Malam ini, tanggal 25 januari 2015, pukul 22.19 WIB dan sepi, aku sedang dikamarku, menikmati kopi susu …” (Hal 13)
b.      Jalan Buah Batu
“Waktu itu aku dan Dilan berdua naik motor menyusuri jalan Buah Batu untuk mengantar aku pulang.” (Hal 28)
c.       Rumah Milea
Di rumah, kudapati Ibu sedang nelepon, Airin sedang main game Nintendo, si Bibi sedang nyetrika.” (Hal 38)
d.      Di sekolah
“Hari itu, di sekolah, tidak ada kegiatan belajar karena guru-guru sedang rapat untuk persiapan pembagian rapor yang akan dilaksanakan pada hari selasa tanggal 26 Desember 1990.” (Hal 80)


e.       Rumah Tante Anis
“ketika tiba di rumah Tante Anis, aku melihat Ayah, Ibu dan Airin sedang ngobrol di teras rumah bersama tante Anis dan yang lainnya … “(Hal 128)
f.        Trina
““Mereka sekarang lagi pada ngumpul di Trina.” Kata Piyan.”(Hal 141)
g.      Mobil Yugo
“Aku di mobil katana bersama Yugo, tapi aku tidak berpikir sedang berkencan dengannya … “(Hal 169)
h.      Lorong kelas
“Saat itu, kami pada berdiri di lorong kelas.” (Hal 198)
i.        Kantin
“Beberapa saat kemudian, kami berada dalam kantin karena acara pembagian rapor masih belum di mulai. “(Hal 198)
j.        Mobil Bunda Dilan
“Aku pulang naik mobil Bunda.” (Hal 211)
k.      Rumah Bunda Dilan
“Ketika sudah sampai  di rumah Bunda, kami masuk di iringi anjing menggonggong yang tetap duduk di kandangnya.” (Hal 217)
l.        Warung Bi Eem
“Dari warung Bi Eem aku kembali ke sekolah.” (Hal 227)
m.    Kantor polisi
“Sepulang dari sekolah, setelah menyelesaikan urusan porseni, kira-kira pukul 2 siang, aku langsung pergi ke kantor polisi untuk segera besuk Dilan.” (Hal 232)

B.5.SUDUT PANDANG DALAM NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Dalam Novel ini penulis Milea Adnan Hussein menempatkan dirinya pada posisi orang pertama serba tahu atau sebagai pelaku utama. Penulis mengisahkaan dirinya dengan menggunakan kata “aku” dan dia terlibat dalam kisah tersebut atau dengan kata lain Milea adalah pelaku utama dari novel ini.
“Saat itu, aku masih remaja dan boleh dikatakan belum dewasa, dan belum mampu menghadapi masalah dengan benar, sehingga harus makium kalau kadangk adang ketika berusaha menyelesaikan satu masalah justeru malah menimbulkan masalah yang Iainnya.” (hal. 14)
B.6.GAYA BAHASA DALAM NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Pidi Baiq mengemas novel ini dengan bahasa yang ringan bahasa sehari-hari segingga dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca, ada beberapa majas yang digunakan dalam novel ini yaitu :
1.      Metonimia (menggunakan nama merk dagang)
a.       “Kemana-mana selalu memakai motor CB Gelatik yang sudah ia modif”
b.       “Gak lama dari itu, Wati dan Piyan datang menggunakan sepeda motor Honda Super Cup.”
c.       “Isinya adalah beberapa makanan ringan dan dua botol minuman coca-cola.”
d.       “Lalu,aku kesana dan kudapati Yugo sedang mengobrol sama ayah membahas mobil Katana Yugo. “
e.       “Bunda akhirnya memang datang menggunakan mobil Nissan Patrolnya.”

2.      Retorik (menggunakan kalimat tanya)
a.       “Karena kalau benar bagimu kata-kata itu tidak penting,lalu mengapa engkau sakit hati ketika mendapat kata-kata makian?”
b.       “Kalau kuingat lagi kejadian di depan Trina malam itu, sampai sekarang aku masih suka bertanya-tanya. Kenapa, sih, dulu aku sampai segitunya ke Dilan? Kenapa, sih, dulu harus marah-marah ke Dilan? Kenapa, slh, dulu harus pake ngancam-ngancam putus segala?Tidak bisakah aku bicara secara baik-baik kepadanya? “
c.       “Siapakah rombongan motor yang awal tadi? Apakah rombongan motor kedua masih rombongan yang itu juga? Atau, itu rombongan motor yang lain? “

3.      Personifikasi
a.       “Saat kupandang juga dirinya, kenangan masalalu mulai membayangiku.”
b.       “Ini sedang berpacu dengan waktu,jangan sampai telat karena pukul 21.01 aku harus segera naik ke kasur kalau mau tidur bareng Dilan.
c.       “Suara deru motor merobek kesunyian.”

4.      Hiperbola
a.       “Pokoknya, Dilan sudah menyalakan api dan sihir di dalam diriku untuk percaya pada adanya cinta sejati.”
b.      “Bagaimana kemudian Dilan bisa mendekor ulang dan mengubah warna hidupku.”
c.       “Sebagian dari diriku bergolak dalam kecemasan dan ketakutan.”
d.      “Hati Kang Adi harusnya langsung merasa tercabik oleh sebetan pedang yang tak Nampak! Maksudku kalau hati Kang Adi tidak terbuat dari baja.”
B.7.AMANAT DALAM NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Banyak amanata yang dapat dipetik dari novel ini, terutama bagi remaja yang sedang menjalani sebuah hubungan, diantaranya adalah :
a.       Jangan mengambil keputusan saat emosi jika tidak ingin ada penyesalan pada akhirnya.
b.      Jangan terlalu mengekang pasangan.
c.       Khawatir seperlunya, dan bertindak sewajarnya.
d.      Jangan menjadikan hubungan sebagai ancaman ketika sedang ada masalah

C.UNSUR EKSTRINSIK DALAM  NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Novel ini banyak mengandung nilai moral yang dapat kita ambil untuk dijadikan sebagai contoh. Diantaranya adalah :
1.      Nilai Agama
Dalam novel, meskipun Dilan adalah seorang ketua geng motor, akan tetapi Dilan masih tetap taat dan rajin beribadah. Dan nilai-nilainya dalam hal akademik juga termasuk baik karena Dilan adalah anak yang pandai.
2.      Nilai Adat istiadat
Kebiasaan Dilan yang menyukai seni, membuatnya pandai menulis puisi sejak duduk di bangku SMP. Dilan juga memfavoritkan tokoh Mahatma Gandhi yang berasal dari India. Selain itu, Dilan juga pandai dalam hal bela diri.
3.      Nilai Susila
4.      Dilan yang seorang gengstertidak lantas selalu terlibat dengan permasalahan seperti tawuran, konvoi dan biang onar. Pernah saat dia sedamg bersama Milea (yang dalam novel diceritakan sebagai pacarnya), Dilan bahkan memutuskan beristirahat di gedung sate Bandung (yang memang lokasi dalam novel tersebut berada di Bandung), untuk menghindari konvoi dan keributan dari geng motor lain.
5.      Nilai Kesopanan
Saat Milea kakinya terkilir, dengan baik hatinya Dilan memanggilkan Mbok Darmi (tukang urut langganan ibu Dilan) dan dengan sopannya Dilan menjemput dan mengantar Mbok Darmi pergi-pulang




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hukum Itu Melindungi, Bukan Menghakimi Indonesia bisa dibilang negara yang sempurna, kenapa? wilayahnya luas, laut seakan tak terbatas. ...