MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK
DAN UNSUR EKSTRINSIK
NOVEL “DILAN, DIA ADALAH
DILANKU TAHUN 1991”
KARYA PIDI BAIQ
OLEH : Riyanti Dwi Hanafi
A.
SINOPSIS
NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991” KARYA PIDI BAIQ
“Tujuan Pacaran adalah untuk putus. Bisa karena
menikah, bisa karena berpisah.”
Novel Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1991
adalah novel lanjutan dari kisah Dilan tahun 1990, novel ini juga disebut
sebagai Dilan 2. Tokoh utamanya masih sama, Dilan dan Milea. Novel Dilan 1
menceritakan awal kedekatan Milea dan Dilan, kemudian dalam novel ini, Pidi
Baiq melanjutkan kisah tersebut dengan mengisahkan Milea yang sudah berpacaran
dengan Dilan. Novel ini masih menggunakan alur mundur, dimana Milea bercerita
tentang kebahagiaannya karena pernah mengenal Dilan.
Pada bulan September 1990, Milea telah
mengenal Dilan. Dalam novel inipun Milea menceritakan bahwa Dilan adalah anak
yang cerdas walaupun hanya membawa 1 buku tulis yang ia simpan dicelananya
namun dia tetap ranking 1 di kelasnya, seorang panglima tempur dari sebuah geng
motor, anak dari kalangan ekonomi keatas karena memiliki motor yang saat itu
jarang dimiliki oleh kebanyakan orang, serta seorang yang resmi menjadi pacar
Milea pada tanggal 22 Desember 1990. Warung bi Eem menjadi saksi ungkapan cinta
Milea dan Dilan, Dilan “menembak” Milea dengan unik yaitu menulis surat
pernyataan yang mereka tanda tangani diatas materai untuk dijadikan Dokumen
Perasaan (katanya). Akhirnya, kisah baru pun dimulai, seperti kebiasaan manis
yang menjadi ciri khas Dilan, yaitu menelpon dan setia menjemput milea, membawa
milea jalan-jalan mengelilingi kota bandung dengan motornya, dibawah guyuran
hujan.
“Milea, jangan bilang kepadaku bahwa ada
yang menyakitimu. Besoknya, orang itu akan hilang.”
Itulah Dilan, berada didekat Dilan, Milea
merasa aman dan nyaman. Dilan adalah seseorang yang sangat berarti bagi Milea.
Selain asyik dan menyenangkan, Dilan pun juga sangat sayang kepada Milea dan
akan melindungi Milea.
Seiring berjalannya waktu, Milea pun
semakin akrab dengan keluarga Dilan, Bunda (sebutan untuk ibunya Dilan) sudah
menganggap Milea sebagai calon menantunya sendiri. Bunda tidak jauh berbeda
dengan Dilan. Bunda juga asyik dan sayang padaa Milea. Sosok Milea yang
terlahir cantik, ramah dan lembut, memang membuat siapapun dengan mudah
menyukainya. Tidak sedikit laki-laki yang suka dan berusaha mendekati Milea,
seperti Beni (mantanya Milea), Yugo (teman kecilnya Milea) dan Kang Adi (teman
Ayah Milea yang menjadi guru Lesnya). Namun, hanya Dilan yang mampu memikat
hati Milea. Dilan, sang panglima tempur.
Pada suatu malam Minggu, Kang Adi datang ke
rumah Milea dan berniat mengajaknya keluar, saat itu Milea sedang sibuk
mengobrol dengan Dilan ditelephon, tentu saja Kang Adi sangat mengganggu Milea,
mengetahui keadaan tersebut, Dilanpun beraksi untuk mengerjai Kang Adi. Dilan
membawa teman-teman Geng Motornya untuk main dan menjeput Milea, sekaligus
mengungkapkan kepada kang Adi bahwa mereka telah resmi berpacaran. Kang Adi yang terlihat kaget mendengar
pengakuan tersebut langsung bergegas untuk pergi dan meninggalkan mereka. Milea
semakin kagum pada Dilan, ya walaupun tingkahnya aneh-aneh. Itulah dia, Dilan,
pelindungnya.
Rasa sayang Milea pada Dilan berlanjut
menjadi rasa khawatir, khawatir akan kehilangan Dilan, walaupun semua yang
dilakukan Dilan adalah untuk membuat Milea selalu aman. Milea tetap khawatir, terlebih
lagi saat ada kejadian dimana Dilan menghajar Anhar, teman sesama geng motornya,
karena Anhar menampar Milea di warung Bi Eem. Saat itu Milea sedang mencari
Dilan, Milea menanyakan keberadaan Dilan kepada Anhar, disitulah terjadi cekcok
antara keduanya, sampai Anhar menampar Milea hingga Milea menangis, Bi Eem
menjadi saksi kejadian itu, dan melaporkannya kepada Dilan. Perkelahian antara
Dilan dan Anhar pun terjadi, dan keduannya terancam dikeluarkan dari sekolah
karena hal tersebut.
Kekhawatiran lain yang dirasakan Milea
bukan karena Dilan dikeluarkan dari sekolah dan berimbas kepada mereka yang
akan jarang bertemu, tapi karena Dilan masih bergabung dengan geng
motornya.Walaupun Dilan pernah berkata, “Senakal-nakalnya anak geng Motor, Lia,
mereka shalat waktu ujian praktek Agama.”
Namun Milea tetap saja khawatir,
keberadaan Geng Motor tersebut akan berbahaya untuk keselamatan Dilan, dan
Dilan masih saja keras kepala, Dilan masih menganggap segalanya biasa, bahkan
dengan ke khawatiran Milea.
Milea pernah memergoki Dilan saat ia dan
geng Motornya ingin melakukan serangan balik terhadap kakanya Anhar, sampai
Milea mengancam akan putus, jika Dilan masih ikut penyerangan itu, tetapi Dilan
tidak mendengarkan Milea. Perdebatan terkait Geng Motor ini sering sekali
terjadi, Dilan tidak kapok-kapoknya walaupun sempat masuk penjara selama 1
minggu dan diusir ayah nya sendiri karena Penyerangan antar Geng Motor. Dilan
tetap tidak mengerti.
Perasaan takut dan kekhawatiran Milea akan
keselamatan Dilan teramat besar, Milea takut jika ia akan kehilangan orang yang
amat ia sayangi. Puncaknya adalah kata “PUTUS” keluar dari mulut Milea disusul
dengan tamparan yang mendarat di pipi Dilan. Dilan masih belum mengerti.
“Iya tidak suka dikekang”, kata Dilan.
Milea sangat sedih karena putus dengan Dilan. Walaupun awalnya Milea tidak
berniat memutuskan Dilan. Dilan pun menjauhi Milea. Sampai pada akhirnya mereka
lost contact, Milea berkuliah di UI
Jakarta, dan Dilan di salah satu universitas ternama di Bandung. Jarak antara
mereka semakin Jauh, namun keadaan hati Milea tetap sama, hanya untuk Dilan. Semakin
lama Dilan menghilang, Milea tetap berupaya untuk menghubunginya, namun
keluarga Dilan pindah Rumah, sehingga Milea kehilangan jejak Dilan.
Akhirnya, Milea bertemu dengan Mas Herdi
(kakak kelas di Universitasnya). Mas Herdi mampu melindungi Milea dan membuat
ia nyaman. Sampai waktu membawa mereka kepada jenjang Pernikahan, dan Milea
tetap mencintai Dilan, namun Dilan sudah dengan kekasih barunya dan Milea sudah
dengan kehidupan barunya.
B.
UNSUR
INSTRINSIK NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991” KARYA PIDI BAIQ
Unsur
instrik novel meliputi,
No.
|
Unsur yang dianalisis
|
Penjelasan
|
1
|
Tema
|
Tema
adalah pokok pembahasan dalam teks cerita.
|
2
|
Tokoh
dan Penokohan
|
Pelaku
yang memerankan peristiwa dalam sebuah cerita.
|
3
|
Plot
atau alur cerita
|
Urutan
kejadian/ peristiwa dalam cerita
|
4
|
Latar
cerita
|
Di
mana dan kapan kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung.
|
5
|
Sudut
Pandang
|
Peran
penulis dalam cerita (sebagai orang pertama atau sebagai orang ketiga)
|
6
|
Gaya
bahasa
|
Penggunaan
bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam cerita
|
7
|
Amanat
|
Pesan
yang hendak disampaikan pengarang dalam ceritanya.
|
Penjelasan
setiap unsurnya adalah sebagi berikut.
B.1 TEMA NOVEL “DILAN,
DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Melalui
novel ini, Pidi Baiq ingin mengisahkan tentang Dilan dan Milea yang resmi
berpacaran hingga mereka berpisah dan memiliki kehidupan masing-masing. Dapat
dikatakan jika novel ini mengangkat tema percintaan.
Hal tersebut dibuktikan dengan kutipan berikut :
“ Judulnya hampir sama,
tetapi Cuma beda tahunnya saja. Buku kedua ini adalah periode berikutnya yang akan
menceritakan saat-saat aku sudah mulai berpacaran dengan Dilan di tahun 1991! ”
(hal. 26)
B.2.TOKOH DAN PENOKOHAN
DALAM NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU
TAHUN 1991”
Pelaku
dalam novel “Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991” ini cukup banyak. Untuk
itu, saya hanya akan membahas beberapa tokoh saja. Penjelasannya adalah sebagai
berikut :
No
|
Tokoh
|
Penjelasan
|
1
|
Dilan
|
Dalam novel ini, Dilan digambarkan
sebagai tokoh yang pintar,
digambarkan dalam kutipan :
...tapi Dilan
selalu mendapat ranking pertama atau minimal kedua di kelasnya. (hal. 16)
Dilan juga digambarkan sebagai
orang yang humoris
“Tapi, aku gak bisa melindungi kamu dari nyamuk,” kata Dilan di
telepon dengan nada sok mengeluh
“Gak apa-apa. Kan, ada obat nyamuk.”
“Ternyata, Baygon lebih baik dari aku.” (hal. 23)
Selain pintar dan humoris, Dilan
juga sosok yang romantis
...Dilan bertanya apa cita-citaku. Kujawab saja seenaknya bahwa aku
ingin jadi pilot meskipun tentu saja aslinya enggak. “kalau kamu?” kutanya
balik. Aku juga ingin tahu apa cita-citanya. “Aku?” “Iya...” kataku “aku
ingin menikah denganmu!” katanya (hal. 33)
|
2.
|
Milea
|
Milea digambarkan sebagai seorang yang cantik, disukai banyak orang, setia,
khawatiran dan emosian. Buktinya adalah :
Sebab, aku sudah berulang kali bilang ke Dilan bahwa aku cemas, bahwa aku risau karena takut
ada hal-hal buruk yang akan menimpanya kalau dia berantem. Dan, malam Itu,
dia malah mau berantem. (hal 146)
“Ikuti
mauku!
Dilan
diam memandangku.
“Ikuti
mauku, jangan nyerang atau kita putus!!! Kataku. (Hal 147)
|
3
|
Yugo
|
Yugo adalah anak dari Tante Anis, Tantenya Milea.
Karakter Yugo adalah suka merendahkan
orang lain. Bukti :
Di mobil, Yugo
nanya soal Beni
“teman SMA di
Jakarta”, kujawab
“ Dia mau sama
kamu?”
“Bisa jadi,”
kujawab
“Jangan mau.”
“Kenapa?”
“Kampungan.”
“Kenapa gitu
kutanya.
“Ada pepatah:
You are what you say. Bicaranya tidak intelektual .” (hal. 170)
Selain itu, Yugo juga sangat over percaya diri
...Tante Anis
juga bilang, katanya apa yang dilakukan oleh Yugo adalah karena Yugo beranggapan bahwa sudah menjadi
pacarnya. Katanya, hal itu dimulai sejak Tante Anis menjodoh-jodohkan
Yugo dengan ha di rumahnya. (hal. 185)
Yugo juga anak yang brengsek dan seenaknya sendiri
“Yugo senang bertemu kamu”
“Ini
mau nonton apa mau ngobrol?” tanyaku
“Yugo
lebih suka ngobrol sama kamu.”
Lalu
ia kalungkan tangan kirinya dileherku.
Heh?
Jantungku berdebar-debar saat aku menyadari apa yang terjadi.
Apa
ini? Kataku dalam hati, sambil berusaha melepas tangannya di bahuku karena
aku tidak ingin dia melakukan hal itu, tapi sedetik kemudian, ia membungkuk,
tangan kanannya meraih kepalaku, dan kemudian menciumku. (Hal 173)
|
4.
|
Ibu Milea
|
Dalam novel ini, ibunya Milea memiliki
karakter yang sangat baik, penyayang,
mengerti perasaan orang lain dan sangat peduli.
“Jangan
pulang malam,” kata Ibu
“Siap,
Bu.” Kujawab. (Hal 252)
“Aku jelaskan
semuanya ke Ibu, sampai detail. Kemudian Ibu memelukku dan membiarkan aku
terus menangis.” (hal. 191)
|
5.
|
Bunda Dilan
|
Bunda Dilan juga memiliki karakter humoris seperti Dilan. Buktinya
adalah :
“Nanti, Dilan
sekolah di mana?” kutanya Bunda.
“Aaah ....
Banyak sekolah jawab Bunda. “Gak usah risau”
Aku diam.
“Kalau perlu di Antartika”
kata Bunda. Pasti dia bercanda. (hal. 211)
Bunda Dilan juga seorang yang tegas dan pengertian
Ngejelasinnya
gimana? Anakku harus ngaku dia yang salah?” Tanya Bunda.
“Ya,
gak usah bilang gitu. Yaaa, gimana ya, pokoknya bilang kalau Anhar gak salah
aja.”
“Ah
pusing kali ngomong sama Ibu ini.” (Hal 208)
Silakan nangis
dulu, Nak,” kata Bunda. “Jangan dipendem.”
Tangisanku malah
makin menjadi.
“Ibumu ada?”
tanya Bunda kemudian.
Aku diam.
Kudengar Bunda mendesah bagai sedang melepaskan rasa gundah karena ikut
merasakan kesedih aku dan juga bingung. (hal. 180)
|
B.3.PLOT/ ALUR CERITA
DALAM NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Alur
dalam novel ini adalah alur campuran, karena cerita yang disajikan terdiri dari
2 alur yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju digunakan saat Milea sedang
menulis sebuah buku dikamarnya tetapi yang ia ceritakan adalah kisahnya di masa
lalu, yang dapat disebut sebagai alur mundur. Buktinya adalah sebagai berikut :
1.
Alur Maju
“Malam ini,
Minggu, tanggal 25 Januari 2015, pukul 22:19 Waktu Indonesia bagian Barat dan
sepi, aku sedang di kamarku menikmati kopi susu, setelah tadi baru selesai
shalat Isya, dan terus makan rambutan yang kubeli sepulang dari mengantar
suamiku ke stasiun kereta api karena ada urusan pekerjaan di Cirebon.
Sedangkan, anakku sudah tidur di kamarnya dari sejak pukul sembilan tadi. ”
(hal. 13-14)
2.
Alur Mundur
“Dilan juga sama, waktu itu masih remaja, yaitu masih
anak remaja yang harus dimakiumi kalau punyajiwa pemberontak dan tidak suka
diatur. Yaitu, anak remaja yang masih harus dimakiumi kalau kadang-kadang tidak
bisa menahan keinginannya. Yaitu, anak remaja yang masih harus dimakiumi kalau
unek-unek di dalam hatinya suka berubah menjadi rasa dendam karena disimpan. “
B.4.LATAR CERITA DALAM
NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Unsur
latar dalam novel “Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991” ini meliputi waktu,
suasana, dan tempat. Penjelasannya adalah sebagai berikut
No.
|
Latar
|
Penjelasan
|
1.
|
Waktu
|
Novel ini menggunakan latar waktu yang sangat
banyak, karena kejadian yang diceritakan pun berlangsung dalam jangka waktu
yang lama dan terdiri dari banyak peristiwa.
·
Waktu itu, tanggal 22 Desember 1990, sekitar pukul tiga sore, aku dan Dilan berdua naik
motor menyusuri Jalan Buah Batu untuk mengantar aku pulang. (hal. 28)
·
Itu sudah Sabtu sore, tanggal 7 Juni 1997.
·
Kira-kira pukul delapan, aku telepon Dilan,
entah untuk apa, tetapi itu yang kulakukan. Bi Diah yang ngangkat.”
·
Hari
Sabtunya, pagi-pagi,orang-orang di rumah
pada sibuk dengan kegiatannya masing-masing.”
·
Menjelang
magrib, kami pulang, yang nyetir mobil adalah
ayahku karena Bang Fariz pulang ke kosannya dengan memakai motornya.“
·
Hari
Kamis, tanggal 27 Desember 1990, acara Porseni
di sekolahku dimulai. Porseni adalah akronim dan Pekan Olahraga dan Kesenian.
Berbagai kegiatan olahraga dan kesenian diselengganakan dalam bentuk acara
perlombaan.”
·
Kamis,
tanggal 3 Januari 1991, sekolah mulai masuk
lagi, tapi belum ada kegiatan belajar.”
·
Hari itu, Rabu, tanggal 13 Februari 1991, Pak
Dedi mengajar di kelasku.”
|
2
|
Latar Suasana
|
Latar suasana yang tergambar dalam novel ini adalah
:
·
Bahagia
“Rasanya, jalan
itu, Jalan Buah Batu itu, bukan lagi milik Pemkot, bukan lagi milik Bapak
Ateng Wahyudi (Wali Kota Bandung waktu itu), melainkan milik aku dan Dilan.
Sebagai keindahan yang nyata bahwa Dinas Bina Marga telah sengaja membuat
jalan itu memang khusus untuk kami. Khusus untuk merayakan hari resmi kami
mulai berpacaran pada hari itu. ” (hal.28-29)
·
Senang
Berasa sangat
dingin, tetapi pada kenyataannya, menyenangkan! Berdua dengan Dilan, bersama
cinta yang dapat dirasakan tanpa perlu banyak penjelasan!
·
Romantis
Itulah harinya,
hari yang kuingat, sebagai hari yang menyenangkan bagiku, berdua di atas
motor dalam guyuran hujan akhir Desember, pada tahun 1990, di Bandung.
·
Bimbang
Saat itu,
sebenarnya aku ingin membahas soal serius, yaitu soal kemungkinan Dilan akan
dipecat oleh sekolah. Tapi aku tidak ingin merusak suasana, dan sepertinya
dia juga tidak ingin membicarakan soal itu.
·
Bingung
Aku betul-betul
masih bingung dan sangat emosional saat itu. Kutepis tangannya untuk
meyakinkan dia bahwa bukan saatnya untuk bercanda. (hal. 84)
·
Kesepian
Pukul delapan
malam. aku bangun. Bumi rasanya sepi sekali. Entah bagaimana, aku selalu
merasa kesepian, setiap saat aku sedang rindu ke Dilan. Aku selalu merasa
ingin ada dirinya, setiap kali dia tak ada. Aku akan merasa sunyi, setiap aku
tidak mendengar kabar Dilan. (hal.139)
·
Tertekan
Saat itu, aku
betul-betul merasa tertekan dan bingung. Aku tidak tahu apa yang harus
kulakukan bers amaan dengan aku juga tidak bisa membiarkan Dilan melakukan
balas dendam. (hal.142)
|
3
|
Latar tempat
|
Dalam novel ini , ada beberapa tempat yang dijadikan
latar cerita:
a. Kamar
Milea
“Malam ini, tanggal 25 januari 2015, pukul 22.19 WIB
dan sepi, aku sedang dikamarku,
menikmati kopi susu …” (Hal 13)
b. Jalan
Buah Batu
“Waktu itu aku dan Dilan berdua naik motor menyusuri
jalan Buah Batu untuk mengantar
aku pulang.” (Hal 28)
c. Rumah
Milea
“Di rumah,
kudapati Ibu sedang nelepon, Airin sedang main game Nintendo, si Bibi sedang
nyetrika.” (Hal 38)
d. Di
sekolah
“Hari itu, di
sekolah, tidak ada kegiatan belajar karena guru-guru sedang rapat untuk
persiapan pembagian rapor yang akan dilaksanakan pada hari selasa tanggal 26
Desember 1990.” (Hal 80)
e. Rumah
Tante Anis
“ketika tiba di
rumah Tante Anis, aku melihat Ayah, Ibu dan Airin sedang ngobrol di teras
rumah bersama tante Anis dan yang lainnya … “(Hal 128)
f.
Trina
““Mereka sekarang lagi pada ngumpul di Trina.” Kata Piyan.”(Hal 141)
g. Mobil
Yugo
“Aku di mobil
katana bersama Yugo, tapi aku tidak berpikir sedang berkencan dengannya … “(Hal
169)
h. Lorong
kelas
“Saat itu, kami pada berdiri di lorong kelas.” (Hal
198)
i.
Kantin
“Beberapa saat kemudian, kami berada dalam kantin
karena acara pembagian rapor masih belum di mulai. “(Hal 198)
j.
Mobil Bunda Dilan
“Aku pulang naik mobil Bunda.” (Hal 211)
k. Rumah
Bunda Dilan
“Ketika sudah sampai
di rumah Bunda, kami masuk di iringi anjing menggonggong yang tetap
duduk di kandangnya.” (Hal 217)
l.
Warung Bi Eem
“Dari warung Bi Eem aku kembali ke sekolah.” (Hal
227)
m. Kantor
polisi
“Sepulang dari sekolah, setelah menyelesaikan urusan
porseni, kira-kira pukul 2 siang, aku langsung pergi ke kantor polisi untuk
segera besuk Dilan.” (Hal 232)
|
B.5.SUDUT PANDANG DALAM
NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Dalam
Novel ini penulis Milea Adnan Hussein menempatkan dirinya pada posisi orang pertama serba tahu atau sebagai
pelaku utama. Penulis mengisahkaan dirinya dengan menggunakan kata “aku”
dan dia terlibat dalam kisah tersebut atau dengan kata lain Milea adalah pelaku
utama dari novel ini.
“Saat
itu, aku masih remaja dan boleh dikatakan belum dewasa, dan belum mampu
menghadapi masalah dengan benar, sehingga harus makium kalau kadangk adang
ketika berusaha menyelesaikan satu masalah justeru malah menimbulkan masalah
yang Iainnya.” (hal. 14)
B.6.GAYA BAHASA DALAM
NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Pidi
Baiq mengemas novel ini dengan bahasa yang ringan bahasa sehari-hari segingga
dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca, ada beberapa majas yang digunakan
dalam novel ini yaitu :
1. Metonimia
(menggunakan nama merk dagang)
a. “Kemana-mana
selalu memakai motor CB Gelatik yang
sudah ia modif”
b. “Gak
lama dari itu, Wati dan Piyan datang menggunakan sepeda motor Honda Super Cup.”
c. “Isinya
adalah beberapa makanan ringan dan dua botol minuman coca-cola.”
d. “Lalu,aku
kesana dan kudapati Yugo sedang mengobrol sama ayah membahas mobil Katana Yugo. “
e. “Bunda
akhirnya memang datang menggunakan mobil
Nissan Patrolnya.”
2. Retorik
(menggunakan kalimat tanya)
a. “Karena
kalau benar bagimu kata-kata itu tidak penting,lalu mengapa engkau sakit hati
ketika mendapat kata-kata makian?”
b. “Kalau
kuingat lagi kejadian di depan Trina malam itu, sampai sekarang aku masih suka
bertanya-tanya. Kenapa, sih, dulu aku sampai segitunya ke Dilan? Kenapa, sih,
dulu harus marah-marah ke Dilan? Kenapa, slh, dulu harus pake ngancam-ngancam
putus segala?Tidak bisakah aku bicara secara baik-baik kepadanya? “
c. “Siapakah
rombongan motor yang awal tadi? Apakah rombongan motor kedua masih rombongan
yang itu juga? Atau, itu rombongan motor yang lain? “
3. Personifikasi
a. “Saat
kupandang juga dirinya, kenangan
masalalu mulai membayangiku.”
b. “Ini
sedang berpacu dengan waktu,jangan
sampai telat karena pukul 21.01 aku harus segera naik ke kasur kalau mau tidur
bareng Dilan.
c. “Suara
deru motor merobek kesunyian.”
4. Hiperbola
a. “Pokoknya,
Dilan sudah menyalakan api dan sihir
di dalam diriku untuk percaya pada adanya cinta sejati.”
b. “Bagaimana
kemudian Dilan bisa mendekor ulang dan
mengubah warna hidupku.”
c. “Sebagian
dari diriku bergolak dalam kecemasan dan
ketakutan.”
d. “Hati
Kang Adi harusnya langsung merasa tercabik
oleh sebetan pedang yang tak Nampak! Maksudku kalau hati Kang Adi tidak
terbuat dari baja.”
B.7.AMANAT DALAM NOVEL
“DILAN, DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991”
Banyak
amanata yang dapat dipetik dari novel ini, terutama bagi remaja yang sedang
menjalani sebuah hubungan, diantaranya adalah :
a. Jangan
mengambil keputusan saat emosi jika tidak ingin ada penyesalan pada akhirnya.
b. Jangan
terlalu mengekang pasangan.
c. Khawatir
seperlunya, dan bertindak sewajarnya.
d. Jangan
menjadikan hubungan sebagai ancaman ketika sedang ada masalah
C.UNSUR EKSTRINSIK
DALAM NOVEL “DILAN, DIA ADALAH DILANKU
TAHUN 1991”
Novel
ini banyak mengandung nilai moral yang dapat kita ambil untuk dijadikan sebagai
contoh. Diantaranya adalah :
1. Nilai
Agama
Dalam novel, meskipun Dilan adalah seorang
ketua geng motor, akan tetapi Dilan masih tetap taat dan rajin beribadah. Dan
nilai-nilainya dalam hal akademik juga termasuk baik karena Dilan adalah anak
yang pandai.
2. Nilai
Adat istiadat
Kebiasaan Dilan yang menyukai seni,
membuatnya pandai menulis puisi sejak duduk di bangku SMP. Dilan juga
memfavoritkan tokoh Mahatma Gandhi yang berasal dari India. Selain itu, Dilan
juga pandai dalam hal bela diri.
3. Nilai
Susila
4. Dilan
yang seorang gengstertidak lantas selalu terlibat dengan permasalahan seperti
tawuran, konvoi dan biang onar. Pernah saat dia sedamg bersama Milea (yang
dalam novel diceritakan sebagai pacarnya), Dilan bahkan memutuskan beristirahat
di gedung sate Bandung (yang memang lokasi dalam novel tersebut berada di
Bandung), untuk menghindari konvoi dan keributan dari geng motor lain.
5. Nilai
Kesopanan
Saat Milea kakinya terkilir, dengan baik
hatinya Dilan memanggilkan Mbok Darmi (tukang urut langganan ibu Dilan) dan
dengan sopannya Dilan menjemput dan mengantar Mbok Darmi pergi-pulang